Minggu, 22 Juli 2012

Mengerikan Penembakan di Colorado


PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama sangat terpukul dengan peristiwa yang mengenaskan yang terjadi hari Jumat malam di Colorado, Denver. Penembakan membabi-buta yang terjadi pada saat penayangan perdana serial film Batman "The Dark Knight Rises" benar-benar sebuah tragedi besar.

Bayangkan ada 12 orang yang tewas di tempat dan puluhan lain mengalami luka-luka akibat berondongan senjata yang dilakukan James Holmes. Para penonton yang datang untuk menikmati film tidak menyangka bila ada seorang penonton yang bergaya seperti musuh Batman, "The Joker" dan benar-benar mengikuti kejahatannya.

Tiga warga Indonesia yang tinggal di Colorado ikut menjadi korban. Keluarga Situmeang kebetulan berada di antara penonton yang menyaksikan penayangan perdana serial film Batman tersebut.

Presiden Obama langsung menyatakan peristiwa yang mengenaskan itu sebagai hari berkabung nasional. Ia memerintahkan gedung-gedung pemerintahan untuk menaikkan bendera setengah tiang guna menghormati para korban.

Ada dua pelajaran yang setidaknya bisa kita petik dari pengalaman pahit itu. Pertama, betapa tidak semua pesan dari film itu diterima dengan benar oleh penonton. Semua film laga sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa kejahatan yang sehebat apa pun pasti akan bisa dikalahkan oleh kebenaran.

Namun dari kejadian di Colorado itu kita melihat bahwa orang seperti Holmes ternyata tidak mencontoh sikap ksatria dari Batman. Ia justru mengikuti jejak Joker untuk menjadi orang jahat yang mencelakakan orang lain.

Tingkah laku Holmes benar-benar tidak ubahnya seperti Joker. Bahkan di dalam penjara pun ia bersikap aneh dengan selalu meludahi siapa pun. Sikap gilanya itu memancing kekesalan dari banyak orang.

Pelajaran kedua, betapa senjata api pada akhirnya lebih banyak membawa mudarat daripada manfaat. Bahkan rakyat Amerika sekali pun mempertanyakan hak seseorang untuk memiliki senjata demi menjaga keselamatan dirinya.

Holmes memiliki senjata yang sah. Ia membeli senjata lengkap dengan surat-surat yang sah dan diizinkan oleh negara. Tetapi senjata itu bukan dipakai untuk menjaga dirinya dari ancaman, tetapi justru untuk membahayakan orang lain.

Belum lama ini kita pun dihadapkan kepada perdebatan boleh tidaknya warga sipil memiliki senjata api. Perundang-undangan yang kita miliki mengizinkan pihak-pihak tertentu untuk memiliki senjata api dan menggunakannya.

Kita cenderung berpendapat bahwa kebijakan tersebut terlalu berlebihan. Sebaiknya kita menghapus peraturan tersebut dan melarang siapa pun warga sipil untuk bisa memiliki dan menggunakan senjata api.

Kita sudah melihat ekses dari kepemilikan senjata api oleh sipil. Berbagai aksi kejahatan yang terjadi selalu menggunakan senjata api. Sudah banyak korban yang berjatuhan akibat penggunaan senjata api yang tidak benar.

Lebih baik kita memperkuat polisi untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Tugas polisilah untuk menciptakan suasana aman dan tenteram di tengah masyarakat. Peran serta masyarakat cukup dengan melaporkan hal-hal yang dirasakan mengganggu ketertiban umum dan selanjutnya biarkanlah polisi yang menyelesaikannya.

Kita selalu menyesal ketika peristiwa mengenaskan sudah terjadi. Namun kita cenderung lupa setelah peristiwa itu berlalu. Bahkan kita tidak pernah mau serius untuk mengkaji kepemilikan senjata api oleh warga sipil.

Kasus penembakan brutal di Colorado kita harapkan bisa membukakan mata kita semua. Bahwa siapa pun bisa menjadi jahat ketika sudah memegang senjata api. Pendidikan tinggi tidak memberi jaminan apa pun ketika secara mental orang tidak siap memiliki senjata api.
Powered by Blogger